Selasa, 12 Mei 2015

Cerpen Horor

Untitled


Jam di sisi kanan bawah laptop sudah menunjukan angka 23.59 . Satu detik lagi akan berubah menjadi angka kosong, merubah tanggal dan hari menjadi hari jumat. Rama masih asik memainkan laptopnya, menikmati wifi kampus yang gratis tapi hanya bisa diakses ketika malam hari dan hari libur karena tak ada yang akan mengaksesnya pada waktu tersebut . Jika ada pun pasti tak akan banyak.
Tak banyak suara terdengar saat ini. Hanya suara musik akustik di laptop yang menemani Rama. Rama memandang lurus ke depan. Banyak yang terlihat dari tempat rama. Tempat parkir, jalan gang yang selalu ramai oleh motor, tembok tinggi, selokan, beberapa pohon besar, gedung putih, dan  gedung rektorat yang selalu terang walaupun sudah jam subuh. Rama melihat dua orang berjalan mendekati gedung putih di depan parkiran. Memang tak terlihat jelas karena bagian di dekat gedung itu tak seterang gedung rektorat. Tapi Rama bisa melihat bahwa kedua orang itu adalah penjaga daerahnya. Kampus, adalah daerah yang aku maksud karena Rama adalah salah satu mahasiswa kampus swasta. Dia menetap di kos kecil lantai dua yang jika keluar dari kamar akan terlihat pemandangan indah wanita berlalu-lalang di kampus.
Rama mengerutkan dahi, bertanya tanya sedang apa satpam ditempat itu dan pada tengah malam seperti ini. Terlihat oleh Rama salah seorang satpam mendekati pintu gedung putih dan satpam satu lagi mengawasinya dari tempat duduk dipinggir tempat parkir. ‘Apakah  mereka mau mencuri sesuatu?’ pikir rama. Setelah beberapa lama kemudian kedua hansip itu berlalu.
“Eh, belum tidur lu Ram?” terdengar nada flores yang kental dari seorang lelaki bertubuh gemuk yang datang mendekat sambil membawa laptop, dan casan.
“Belum bang, mau online juga bang? Ada terminal ga?” jawab Rama sambil memperlihatkan senyum yang ramah.
“Oke, ada ko. Titip dulu ya” Abang itu meletakan laptopnya dipinggiran tembok pembatas.
“bentar ya bang ” Rama mematikan laptop, mencabut colokan kabel laptopnya dari stop kontak. Kemudian menancabkan terminal colokan agar bisa menikmati wifi berdua.
“Kita jadi kelalawar ya ” Abang tersenyum sambil menyalakan laptopnya.
“Iya nih bang ,  ngeganti jam tidurnya jadi siang dan malemnya malah melek ” Rama tertawa kecil sambil menyalakan kembali laptopnya.
Kemudian Rama dan Abang asik masing-masing berseluncur di dunia maya.
“Ram! “ 
Rama menengok dan mendapati Abang sedang berhenti menatap layar, dahinya dikerutkan, dan terlihat dadanya kembang-kempis.
“Kenapa bang?” tanya rama tak bergerak dari tempatnya.
“Kecium ga?”
Rama mencoba mencium aroma udara lebih dalam tapi tak tercium aroma apapun.
“Kecium ga Ram? Wangi ini.. apa itu namanya..? MELATI” Abang menatapnya.
Rama terdiam, dia tau Abang ini tak suka becanda. Tatapan Rama kembali ke laptopnya dan mulai melanjutkan apa yang sebelumnya dia kerjakan.
“Gaada ah bang, perasaan abang aja kali” jawab Rama tanpa menatap Abang.
Abang terdiam sejenak, terlihat mulutnya seperti sedang berdoa. Kemudian ia kembali pada kesibukannya.

Hari sabtu adalah hari libur bagi Rama. Ia melakukan hal yang sama seperti dua malam yang lalu. Jika hari libur tiba Ia menghabiskan waktu siangnya dengan duduk di teras dan menikmati wifi gratis lagi. Tak lama kemudian Aa pemilik kos mendekati Rama.
“Ram online terus?”
“iya nih A, lagi libur soalnya ” jawab Rama sambil memberikan sedikit senyuman.
“Gimana kuliahnya ?” Aa duduk di dekat Rama.
“Lancar-lancar aja ko A” rama agak heran biasanya Aa kos jarang menanyakan hal itu.
“Kalo online malem-malem ga takut emang?” Aa mengganti topik pembicaraan.
“Engga ko a ”
“Oh gaada yang aneh-aneh kan? ” Aa bertanya lagi.
“engga ah a, Rama juga suka online disini sampe tengah malem, malah pernah sampe subuh ” jawab Rama santai.
“Oh bagus ” jawab Aa singkat.
“Emang kenapa gitu a?” Rama mulai penasaran.
“Kalo istri Aa kadang suka ga berani keluar malem. Katanya suka ngedenger bangku atau apa gitu di gedung putih yang itu” Aa menunjuk gedung putih di dekat parkiran yang sekarang dipenuhi motor.
“Denger apaan emang a?”
“ya gitu aja sih berisik katanya” Kata Aa kembali menegaskan. “Disini dulu pernah ada yang ngekos cuma tiga hari pindah tapi”
“kenapa a?”
“Gatau, katanya ngelihat sesuatu, tapi gaada ko. Di bawah juga ada cwe yang kalo libur lebaran atau libur panjang ga pulang ke padang sendirian di kosan gapapa, pas ngeliat cwe itu Aa jadi malu terus mulai berani diem disini”
“oh gitu a berarti dulu takut dong?”
“ya kadang sih, Aa mau masuk dulu ya” Aa mengambil beberapa jemuran dan masuk ke kamarnya.
Aa memang menetap disini meskipun tak lama. Karena Ia sering melakukan kegiatan pecinta alam. Kamar Aa di depan kamar Rama. Hanya dua kamar ini yang berada diantara teras dan bisa melihat langsung keluar.

Malam minggu tetep dihabiskan dengan berselancar di jaringan milik kampus Rama. Rama tak peduli dengan beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini. Tak lama kemudian kantuk mendatangi rama. Ia pun mematikan lagu yang diputarnya dan kemudian mematikan laptopnya. Memang agak lama menunggu laptop Rama mati. Di sela menunggu laptopnya mati, kuping dan mata rama tertuju ke gedung putih depan parkiran yang sering dilihatnya.
Terdengar suara gerodak-geruduk dari sekitar sana. Dia mengamati gedung itu. Tak ada seorangpun disana. Laptopnya pun mati, dan rama mencabut colokan laptopnya. Kemudian ia diam dan mencoba mendengarkan suara apa itu.
”Ternyata suara itu benar dari gedung itu” ucapan rama entah pada siapa.
Rama menengok jam yang ada di hpnya. Sekarang jam 1 malam. Masa masih ada orang disana. Suara itu tak kunjung hilang, malah jika didengarkan menjadi semakin keras.
“Oh iya beberapa malam sebelumnya ada orang yang mencoba masuk dan memeriksa gedung itu. Mungkin mereka mendengar suara ini. Tapi kenapa aku baru menyadari dan mendengarnya sekarang? Berarti istri Aa benar soal suara di gedung itu.”
Rama masuk ke kamar, mencoba menenangkan dirinya dan berbaring. Tiba tiba sekujur tubuhnya merinding. Lalu Ia membaca sebuah doa sebelum tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, meskipun udara saat ini tak terlalu dingin.
RS              
Pukul 23.00 WIB.
10-05-2015