Cerpen Horor
19.27
By
kamalluddin ramdani
Cerpen,
cerpen horor
Untitled
Jam di sisi kanan bawah laptop sudah
menunjukan angka 23.59 . Satu detik lagi akan berubah menjadi angka kosong,
merubah tanggal dan hari menjadi hari jumat. Rama masih asik memainkan
laptopnya, menikmati wifi kampus yang gratis tapi hanya bisa diakses ketika
malam hari dan hari libur karena tak ada yang akan mengaksesnya pada waktu
tersebut . Jika ada pun pasti tak akan banyak.
Tak banyak suara terdengar saat ini. Hanya
suara musik akustik di laptop yang menemani Rama. Rama memandang lurus ke
depan. Banyak yang terlihat dari tempat rama. Tempat parkir, jalan gang yang
selalu ramai oleh motor, tembok tinggi, selokan, beberapa pohon besar, gedung
putih, dan gedung rektorat yang selalu
terang walaupun sudah jam subuh. Rama melihat dua orang berjalan mendekati
gedung putih di depan parkiran. Memang tak terlihat jelas karena bagian di
dekat gedung itu tak seterang gedung rektorat. Tapi Rama bisa melihat bahwa
kedua orang itu adalah penjaga daerahnya. Kampus, adalah daerah yang aku maksud
karena Rama adalah salah satu mahasiswa kampus swasta. Dia menetap di kos kecil
lantai dua yang jika keluar dari kamar akan terlihat pemandangan indah wanita
berlalu-lalang di kampus.
Rama mengerutkan dahi, bertanya tanya sedang
apa satpam ditempat itu dan pada tengah malam seperti ini. Terlihat oleh Rama
salah seorang satpam mendekati pintu gedung putih dan satpam satu lagi
mengawasinya dari tempat duduk dipinggir tempat parkir. ‘Apakah mereka mau mencuri sesuatu?’ pikir rama.
Setelah beberapa lama kemudian kedua hansip itu berlalu.
“Eh, belum tidur lu Ram?” terdengar nada
flores yang kental dari seorang lelaki bertubuh gemuk yang datang mendekat
sambil membawa laptop, dan casan.
“Belum bang, mau online juga bang? Ada
terminal ga?” jawab Rama sambil memperlihatkan senyum yang ramah.
“Oke, ada ko. Titip dulu ya” Abang itu
meletakan laptopnya dipinggiran tembok pembatas.
“bentar ya bang ” Rama mematikan laptop,
mencabut colokan kabel laptopnya dari stop kontak. Kemudian menancabkan
terminal colokan agar bisa menikmati wifi berdua.
“Kita jadi kelalawar ya ” Abang tersenyum
sambil menyalakan laptopnya.
“Iya nih bang , ngeganti jam tidurnya jadi siang dan malemnya
malah melek ” Rama tertawa kecil sambil menyalakan kembali laptopnya.
Kemudian Rama dan Abang asik masing-masing
berseluncur di dunia maya.
“Ram! “
Rama menengok dan mendapati Abang sedang
berhenti menatap layar, dahinya dikerutkan, dan terlihat dadanya
kembang-kempis.
“Kenapa bang?” tanya rama tak bergerak dari
tempatnya.
“Kecium ga?”
Rama mencoba mencium aroma udara lebih dalam
tapi tak tercium aroma apapun.
“Kecium ga Ram? Wangi ini.. apa itu namanya..?
MELATI” Abang menatapnya.
Rama terdiam, dia tau Abang ini tak suka
becanda. Tatapan Rama kembali ke laptopnya dan mulai melanjutkan apa yang
sebelumnya dia kerjakan.
“Gaada ah bang, perasaan abang aja kali” jawab
Rama tanpa menatap Abang.
Abang terdiam sejenak, terlihat mulutnya
seperti sedang berdoa. Kemudian ia kembali pada kesibukannya.
Hari sabtu adalah hari libur bagi Rama. Ia
melakukan hal yang sama seperti dua malam yang lalu. Jika hari libur tiba Ia
menghabiskan waktu siangnya dengan duduk di teras dan menikmati wifi gratis
lagi. Tak lama kemudian Aa pemilik kos mendekati Rama.
“Ram online terus?”
“iya nih A, lagi libur soalnya ” jawab Rama
sambil memberikan sedikit senyuman.
“Gimana kuliahnya ?” Aa duduk di dekat Rama.
“Lancar-lancar aja ko A” rama agak heran
biasanya Aa kos jarang menanyakan hal itu.
“Kalo online malem-malem ga takut emang?” Aa
mengganti topik pembicaraan.
“Engga ko a ”
“Oh gaada yang aneh-aneh kan? ” Aa bertanya
lagi.
“engga ah a, Rama juga suka online disini
sampe tengah malem, malah pernah sampe subuh ” jawab Rama santai.
“Oh bagus ” jawab Aa singkat.
“Emang kenapa gitu a?” Rama mulai penasaran.
“Kalo istri Aa kadang suka ga berani keluar
malem. Katanya suka ngedenger bangku atau apa gitu di gedung putih yang itu” Aa
menunjuk gedung putih di dekat parkiran yang sekarang dipenuhi motor.
“Denger apaan emang a?”
“ya gitu aja sih berisik katanya” Kata Aa
kembali menegaskan. “Disini dulu pernah ada yang ngekos cuma tiga hari pindah
tapi”
“kenapa a?”
“Gatau, katanya ngelihat sesuatu, tapi gaada
ko. Di bawah juga ada cwe yang kalo libur lebaran atau libur panjang ga pulang
ke padang sendirian di kosan gapapa, pas ngeliat cwe itu Aa jadi malu terus
mulai berani diem disini”
“oh gitu a berarti dulu takut dong?”
“ya kadang sih, Aa mau masuk dulu ya” Aa
mengambil beberapa jemuran dan masuk ke kamarnya.
Aa memang menetap disini meskipun tak lama.
Karena Ia sering melakukan kegiatan pecinta alam. Kamar Aa di depan kamar Rama.
Hanya dua kamar ini yang berada diantara teras dan bisa melihat langsung
keluar.
Malam minggu tetep dihabiskan dengan
berselancar di jaringan milik kampus Rama. Rama tak peduli dengan beberapa hal
yang terjadi akhir-akhir ini. Tak lama kemudian kantuk mendatangi rama. Ia pun
mematikan lagu yang diputarnya dan kemudian mematikan laptopnya. Memang agak
lama menunggu laptop Rama mati. Di sela menunggu laptopnya mati, kuping dan
mata rama tertuju ke gedung putih depan parkiran yang sering dilihatnya.
Terdengar suara gerodak-geruduk dari sekitar
sana. Dia mengamati gedung itu. Tak ada seorangpun disana. Laptopnya pun mati,
dan rama mencabut colokan laptopnya. Kemudian ia diam dan mencoba mendengarkan
suara apa itu.
”Ternyata suara itu benar dari gedung itu”
ucapan rama entah pada siapa.
Rama menengok jam yang ada di hpnya. Sekarang
jam 1 malam. Masa masih ada orang disana. Suara itu tak kunjung hilang, malah
jika didengarkan menjadi semakin keras.
“Oh iya beberapa malam sebelumnya ada orang
yang mencoba masuk dan memeriksa gedung itu. Mungkin mereka mendengar suara
ini. Tapi kenapa aku baru menyadari dan mendengarnya sekarang? Berarti istri Aa
benar soal suara di gedung itu.”
Rama masuk ke kamar, mencoba menenangkan
dirinya dan berbaring. Tiba tiba sekujur tubuhnya merinding. Lalu Ia membaca
sebuah doa sebelum tidur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, meskipun
udara saat ini tak terlalu dingin.
RS
Pukul 23.00 WIB.
10-05-2015